Kamis, 13 Desember 2012

Kajian Syarah Ushul Tsalatsah 23-29

Kajian Syarah Ushul Tsalatsah 23-29

KUT 23

Syekh Utsaimin meneruskan.. Pada ayat yg telah disebutkan diatas ada beberapa petunjuk;

1. Sesungguhnya Allah menciptakan seluruh ciptaan Nya yg sangat dahsyyat ini dalam waktu 6 hari, kalau pun Allah berkehendak niscaya Ia akan ciptakan dalam sekejap, akan tetapi Allah menghubungkan sebab musababnya dan Hal lain sesuai porsi yg telah tentukan dan sesuai dengan hikmahNya. (tidak seperti pendapat sebagian kaum yg beranggapan bahwa Allah lemah, karena masih butuh ruang dan waktu dalam penciptaan alam semesta).

2. Bahwa sesungguhnya Allah bersemayam diatas arsy (singgasana) Nya, tinggi dg -sifat- ketinggian yàng sesuai dg keagungan dan kebesaranNya, sebagai bukti akan kesempurnaan kerajaan dan kepemilikan -atas seluruh makhluqNya-. (tidak seperti keyakinan sebagian kaum, yg beranggapan bahwa Allah dimana-mana, berada dí setiap tempat, dí setiap benda.. Disitulah Allah berada!)


3. Allah pula yàng menjadikan malam penutup siang, artinya.. Malam Allah jadikan sebagai penutup yàng menyelimuti cahaya dan panasnya siang. (mikir.. Kalo hari siang semua..)

4. Allah jadikan matahari, bulan dan bintang tunduk dengan perintahNya, Ällah mengaturnya untuk kemaslahatan manusia.

5. Kecakupan kerajaan dan kesempurnaan kekuasaanNya, yaitu segala urusan ciptaan dan perintah hanya menjadi milikNya.

6. Kecakupan sifat rububiyah Allah atas segala makhluqNya.

KUT 24

قَالَ ابنُ كَثِير رحمه الله تعالى "الخالق لهذه الأشياء هو المستحق للعبادة"

Ibnu Katsir rohimahullah ta'ala berkata; "Pencipta alam semesta ini (seluruh makhluq) Dialah Yàng Berhaq utk dí ibadahi".

Ibnu Katsir adalah Imaduddin Abul Fida' Ismail bin Umar Al Qurosyi Al dimasyqy Al hafidhz yang terkenal lagi masyhur, pemilik kitab tafsir (tafsirul qur'anil 'adzim, tafsir ibnu katsir) dan kitab tarikh (albidayah wan Nihayah) beliau adalah murid dari syaikhul Islam ibnu taimiyyah, meninggal pada tahun 774H.

Alhafidz ialah gelar untuk seorang ahli hadits yàng mampu menguasai minimal 100.000 hadits baik matan dan sanadnya, Ulama lain yang mendapatkan gelar seperti beliau diantaranya Al hafidz Al haitsamy (Pemilik kitab Majma'uz Zawaid), Alhafidz Ibnu Hajar Al asqolany (penulis kitab terkenal bulughul marom), alhafidz Ibnu Rojab (Pemilik kitab Jami'ul 'ulumi wal hikam) dan yang lainnya masih banyak sekali. #berapa hadits yg kità hafal? :'(

Keterangan;

Allah Dzat yg telah menciptakan makhluq2-nya, sudah sepantasnya dan berhaq utk dí ibadahi. Manusia dari semenjak dí alam ruh telah berikrar dan mengakui bahwa Robb mereka hanyalah Allah, tidak Ada Robb selain-Nya, sedang makhluq2 yàng lain -dari yg paling besar seperti Malaikat sampai tumbuh2an- pun bertasbih kepada Dzat pencipta. Bilamana Ada manusia yàng lupa dan tidak peduli dg Penciptanya maka ia orang yg dzalim. Hal ini masuk dlm kategori tauhid Rububiyyah dimana orang2 kafir2 quraisy pun meyakininya, walaupun demikian mereka enggan menyembahnya.


KUT 25

¤ وأنواع العبادة التي أمر الله بها مثل الإسلام والإيمان والاحسان

Syekh Muhammad at tamimy meneruskan;

"diantara bentuk ibadah yg Allah perintahkan yaitu seperti Islam, Iman dan Ihsan. Tiga macam bagian pertama yang disebutkän ini ialah inti dari agama itu sendiri, penjelasannya ada dalam hadits yg dikeluarkan oleh muslim dari Umar bin Khottob rodhiallahu anhu tentang makna Islam, Iman dan Ihsan.

Syekh Muhammad Nashir Al Barrok membagi ibadah dua macam.

1. Ibadah hati seperti, takut, berharap, tawakkal, cinta..
2. Ibadah dhohir seperti, Isti'anah, menyembelih, nadzar juga sholat, sujud, ruky', puasa, haji, jihad dll.

¤ ومنه الدعاء  (doa)

Juga doa, al khouf (takut), roja' (berharap), tawakkal.

Tentang doa Syekh Muhammad At tamimi mengatakan;

وفي الحديث ؛ الدعاء مخ العبادة والدليل قوله تعالى ; (وقال ربكم ادعوني استجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلهم جهنم داخرين)

Di dalam hadits Nabi menerangkan; "Doa adalah inti ibadah" dalilnya adalah firman Allah; "dan Robbmu berfirman, berdoalah kepadaku, niscaya akan kabulkan permintaanmu, sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina". (QS. Ghofir:60)

Hadits ttg doa dengan lafadz diatas di keluarkan oleh Imam Tirmidzi (3371) dengan derajat dhoif karena ada perowi bernama Ibnu Lahi'ah, Syekh Albani dan ulama lain seperti Syekh Al arnauth mendhoifkannya.

Sedang lafadz yang shahih ialah;

الدعاء هو العبادة

"doa itu adalah ibadah"

Dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim dan yang lainnya dan di shahihkan Albany dalam Shohih targhib.

Para Ulama membagi Doa menjadi dua bagian;

1. Doa Masalah yaitu doa dengan jelas meminta, seperti seorang ketika berdoa; Ya Allah ampunilah aku.

Doa (permohonan) bernilai ibadah jika seorang hamba menujukan kepada Allah, dan doa ini bisa di tujukan kepada sesama hamba yang mampu memberikan seperti seorang yang lapar berkata kepada tetangganya; tolong beri makan aku!

2. Doa ibadah yaitu permohonan yang hanya ditujukan kepada Allah, dalam mencari pahala atau terhindar akan siksa. Maka doa dengan makna ini mencakup semua ibadah yg hanya ditujukan kepada Allah semata, sholat, puasa, berdzikir dll. Dinamakan ibadah itu sebagai doa karena hamba sangat berharap dan mencari pahala.

KUT 26

¤ والخوف (takut)

Tentang Al khouf (rasa takut) ini Syekh Muhammad at tamimi mengatakan;

ودليل الخوف قوله تعالى (فلا تخافوهم وخافون إن كنتم مؤمنين)

Dalil tentang khouf ialah firman Allah; "maka janganlah Kalian takut kepada mereka, dan takutlah kepadaku jika Kalian orang-orang beriman". (QS. Ali Imron:175)

Rasa takut ialah sifat yang diperoleh ketika seseorang merasa terjatuh kedalam kemudharatan dan gangguan. Rasa takut kepada Allah adalah tingkat keadaan hati yang paling tinggi dan paling afdhal, karena ia dapat mencegah pemiliknya dari berbuat maksiat.

Para ulama membagi takut (Al khouf) menjadi beberapa bagian;

1. Takut yang di haramkan, seperti seseorang takut akan berhala, kuburan dst. Ini adalah takut yang di larang dan masuk Ke dalam kategori syirik.

2. Takut yang dilarang, seperti seseorang meninggalkan jihad karena takut kepada musuh, atau meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar karena takut gangguan manusia.

3. Takut yang di bolehkan, seperti seseorang takut akan binatang buas, perampok, tenggelam dll.


KUT 27

¤  والرجاء (berharap)

Tentang Roja' ini beliau Syekh Muhammad At tamimi berdalil dengan firman Allah;

فمن يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا

"maka siapa yang berharap bertemu Robbnya, hendaklah ia beramal amalan shaleh dan tidak mensekutukaNnya dälam peribadatan dengan sesuatu apapun". (QS. Al kahfi : 110)

Syekh Al Utsaimin menerangkan; "Roja' ialah keinginan kuat seseorang untuk mendapatkan yang di maksud. Didalamnya terkandung rasa tunduk dan patuh kepada Allah, jika roja' ini di sandarkan kepada selain Allah, maka bisa jatuh kedalam syirik, entah syirik besar atau kecil tergantung besar dan kecil nya harapan dalam hatinya.

Roja' yang terpuji tidak akan terwujud kecuali dengan ketaatan Allah dan berharap pahala, atau bertaubat dari maksiat dan berharap akan diterimanya. Adapun berharap tanpa perbuatan maka itu adalah tipuan dan angan-angan tercela.

Seorang Mukmin harus berusaha menyeimbangkan dihadapan Allah antara khouf (takut) dan roja' (harapan), ia harus mengedepankan rasa harap (roja') pada amalan ketaatan agar lebih giat dan mengharap diterima amalnya. Disamping ia juga harus mengedepankan rasa takut (khouf) ketika terbesit di hatinya niatan maksiat agar ia selamat darinya.

Sebagian Ulama yang lain mengatakan bahwa, rasa harap (roja') harus dikedepankan ketíka sakit, dan rasa takut (khouf) di kedepankan ketika sehat.

Sebagian yang lain mengatakan, rasa roja' (harap) dan takut (khouf) harus selalu ada bersamaan dalam semua kondisi. Agar rasa harap tidak menjadikan nya merasa aman dari makar Allah, dan agar rasa takut tidak menjadikannya bersedih dari rahmat Allah".

KUT 28

¤ والتوكل (tawakkal)

Syekh Muhammad At tamimi melanjutkan;

ودليل التوكل قوله تعالى ؛ وعلى الله فتوكلوا إن كنتم مؤمنين وقوله ؛ ومن يتوكل على الله فهو حسبه

Dalil akan tawakkal ialah firman Allah; "dan bertakwalah Kalian kepada Allah jika Kalian beriman". (QS. Al Maidah : 23) dan firmannya; "dan siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya". (QS. At tholaq : 3)

Tawakkal ialah menyandarkan hati dan urusan baik dalam mendatangkan manfaat atau meniadakan madhorot serta menyerahkan nya kepada Allah.

Jika seorang hamba telah benar dalam menyandarkan urusannya kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi dari kegundahan yang ia rasakan, subhanallah..

Syekh Utsaimin membagi tawakkal kepada empat bagian;

1. Tawakkal yang disandarkan kepada Allah, ini merupakan kesempurnaan iman dan tanda kejujuran dan kebenaran niatnya, inilah tawakkal yang wajib dimiliki oleh setiap muslim karena iman seseorang tidaklah sempurna kecuali dengan nya.

2. Tawakkal bersifat tersembunyi, yaitu seseorang menyandarkan kepada orang yang telah mati, baik itu nabi, wali ataupun thoghut sekalipun. Dengan meyakini bahwa mereka dapat memberikan manfaat dan menghilangkan madhorot.

3. Tawakkal dengan menyandarkan urusan kepada selain Allah dibarengi dengan keyakinan akan Ketinggian derajat (obyek yang di jadikan sandaran). Seperti orang yang menyandarkan urusan nya kepada orang lain dalam hal mendatangkan rizki, Hal ini bisa masuk kedalam syirik kecil, karena saking kuatnya ia menggantungkan nasib dan menyandarkan nya kepada selain Allah.

4. Tawakkal dengan menyandarkan urusan yang kita kepada orang lain, atau mewakilkan urusan kita kepada orang yang mampu. Hal ini dibolehkan menurut dalil Kitab, Sunnah da. Ihma', Seperti ketika Nabi mewakilkan shodaqoh kepada para amil, Nabi mewakilkan Ali ketika haji wada' sisa hewan yang belum disembelih agar disembelih.

Tawakkal juga merupakan ciri dari 70.000 orang yang Allah masukkan surganya tanpa hisab, subhanallah..

Seperti dijelaskan dalam hadits Imron bin Hushoin, bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda; "akan masuk syurga dari umatku 70.000 orang tanpa hisab, para sahabat bertanya, siapa mereka wahai Rosulullah? Jawab Nabi; mereka adalah orang-orang yang tidak minta diobati (ketika sakit), tidak bertathoyyur (menjadikan benda sebagai tolak ukur baik atau buruk), tidak melakukan Kay (Kay ialah pengobatan ketika seseorang sudah tidak menemukan obat lagi dengan Cara menempelkan lempengan panas di kepala) dan mereka selalu bertawakkal kepada RobbNya". (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad dan yang lainnya)

KUT 29

Pelajaran;

1. Dari hadits Imron bin Hushoin di atas, ada sinyalir bahwa Hal2 yang disebutkan dlm hadits tsb dari ístirqo' (meminta diobati) , tathoyyur, Kay adalah penyebab hilangnya rasa tawakkal kpd Allah, ketika seseorang meminta di obati, maka seolah sedikit banyak ia bergantung kesembuhannya kepada dokter tsb atau kepada obat yang diberikan, sekalipun Ia meyakini bahwa Dzat yang dapat memberikan kesembuhan adalah Allah.

2. Dari hadits di atas, muncul perbedaan para Ulama dalam mensikapi hukum berobat.

Yang masyhur dari Ahmad adalah mubah tapi meninggalkannya lebih utama berdasarkan hadits diatas.

Sedang yang masyhur dari Asy-Syafi’i adalah sunnah, Sampai-sampai An-Nawawi menyebutkan dalam Syarh Muslim (14/191) bahwa ini adalah mazhab mereka (Asy-Syafi’iyah) dan mazhab mayoritas ulama terdahulu dan semua ulama belakangan. Dan ini adalah pendapat yang dipilih oleh Al-Wazir Abu Al-Muzhaffar. (Al-Ifshah: 1/184)

Sementara mazhab Abu Hanifah menyatakan bahwa berobat adalah sunnah muakkadah yang mendekati wajib.

Sedang mazhab Malik menyatakan bahwa berobat itu setara antara mengerjakan atau meninggalkannya. Karenanya Malik berkata, “Tidak mengapa berobat dan tidak mengapa meninggalkannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar