Kamis, 13 Desember 2012

Kajian Syarah Ushul Tsalatsah 30-37

Kajian Syarah Ushul Tsalatsah 30-37

KUT 30

¤ والرغبة (Cinta, Keinginan)والرهبة (takut)
والخشوع (khusyu)والخشية (takut)

Syekh melanjutkan;

ودليل الرغبة والرهبة والخشوع قوله تعالى ؛ إنهم كانوا يسارعون في الخيرات ويدعوننا رغبا ورهبا وكانوا لنا خاشعين

Dalil Roghbah (cinta) Rohbah (takut) dan Khusyu' ialah firman Allah ketika bercerita tentang keluarga Zakaria alaihis salam; "sesungguhnya mereka berlomba-lomba dalam kebaikan, dan menyeru kepada kami dalam keadaan cinta dan takut, dan mereka lagi khusyu' ". (QS. Al anbiya' : 90)


ودليل الخشية قوله تعالى ؛ فلا تخشوهم واخشوني

Dalil khosyah (takut) ialah firman Allah; "maka janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu". (QS. Al baqoroh: 150)

Makna Roghbah (Cinta) ialah, kecintaan seseorang yang dapat menyampaikan kepada sesuatu yang dicintainya. Roghbah (takut) ialah rasa takut yang dapat mengantarkannya menjauh dari yang ditakuti, ia adalah rasa takut yang diiringi dengan perbuatan. Dan khusyu' ialah sikap takut dan tunduk, mengakui akan kebesaran Allah.

Makna Khosyah ialah rasa takut yang didasari oleh ilmu akan keagungan Allah dan kesempurnaan kekuasaannya.

Allah berfirman;

إنما يخشى الله من عباده العلماء

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang takut kepada Allah dari hambanya ialah para ahli ilmu". (QS. Fathir: 28)

Khosyah lebih spesifik daripada khouf, sebagai contoh jika kita takut akan seseorang yang kita sendiri tidak tahu apakah orang tsb mampu mecelakai kita atau tidak, maka ini khouf. Tetapi bila kita dengan yakin tahu bahwa ia mampu mencelakai maka itu khosyah.

KUT 31

¤ والانابة (taubat)

Syekh Muhammad berdalil;

ودليل الإنابة قوله تعالى ؛ وأنيبوا إلى ربكم وأسلموا له

Dalil Inabah ialah firman Allah; "dan kembalilah Kalian kepada Robb-mu dan berserahdirilah kepada Nya.." . (QS. Az Zumar : 54)

Syekh Al 'utsaimin berkata; Inabah ialah sikap kembali kepada Allah ta'ala dengan menjalankan ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan, ia dekat sekali dg taubat hanya saja ia lebih halus, karena rasa ketergantungan dan ingin kembali kepada Allah lebih besar.

Sedang makna dari firman Allah; "dan berserahdirilah kepada Nya" yang dimaksud dengan Islam ialah menyerahkan diri kepada Allah dan hukum-hukumNya.

Islam dibagi menjadi dua;

1. Islam kauny, yaitu berserah diri kepada hukum Allah secara alami, dan ini berlaku umum bagi siapa saja yang tinggal di langit dan bumi, baik ia seorang mukmin atau kafir, orang baik atau fajir, tidak dapat seorangpun sombong dari peribadatan kepada Allah.

Dalil nya firman Allah ;

وله أسلم من في السموات والأرض طوعا وكرها وإليه يرجعون

"dan apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan". (QS. Ali Imron : 83)

2. Islam syar'I, yaitu berserah diri kepada hukum Allah yang syar'I dan ini khusus bagi hamba-hamba Allah yang menjalankan ketaatan baik dari para Rosul dan pengikut-pengikut mereka dengan baik, dalilnya banyak sekali diantaranya ayat yang dijadikan dalil oleh Syekh Muhammad Attamimi diatas.

KUT 32

¤ والاستعانة (meminta pertolongan)

Dalilnya ialah firman Allah;

ودليل الاستعانة قوله تعالى ؛ إياك نعبد وإياك نستعين وقوله صلى الله عليه وسلم الله ؛ إذا استعنت فاستعن بالله

Dalil akan isti'anah ialah firman Allah; "hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan". (QS. Alfatehah: 5) dan säbda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam; "jika Engkau meminta tolong maka minta tolong lah kepada Allah". (HR. Ahmad 1/293, Tirmidzi 4/575 dishahihkan Albany dlm shahih Al jami' no. 7957)

Syekh Al 'Utsaimin menjelaskan; Isti'anah ialah meminta tolong dan dibagi menjadi beberapa bagian;

1. Meminta tolong kepada Allah yaitu permintaan tolong yang terkandung didalamnya akan kesempurnaan dalam kerendah dirian seorang hamba terhadap Robbnya, memasrahkan segala perkara dan mencukupkan diri hanya kepada-Nya. Isti'anah (permintaan tolong) seperti ini tidak tertuju kecuali kepada Allah, dalilnya ayat Ke Lima dari surat Al fatehah diatas.

2. Meminta tolong kepada makhluq pada perkara yang ia mampu. Pada point ini tergantung kepada prihal pertolongan dimaksud. Jika itu Hal yang baik maka boleh meminta tolong dan wajib memberikan pertolongan, sesuai dengan firman Allah;

وتعاونوا على البر والتقوى

"dan saling tolong menolonglah Kalian dalam kebaikan dan ketakwaan..". (QS. Al maidah: 2)

namun bila itu Hal keburukan, maksiat maka tidak boleh diläkukan, sebagaimana firman Allah;

ولا تعاونوا على الإثم والعدوان

"dan janganlah Kalian saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan". (QS. Al maidah: 2)

Tetapi bila kedua nya saling tolong-menolong pada sesuatu yang mubah, maka orang yang memberikan pertolongan mendapatkan pahala karena Ia telah berbuat Ihsan (baik) kepada orang lain. Allah berfirman;

وأحسنوا إن الله يحب المحسنين

"dan berbuat baiklah kalian, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". (QS. Albaqoroh: 195)

3. Meminta tolong kepada makhluq yang masih hidup, Akan tetapi ia tidak mampu memberikan pertolongan, seperti meminta tolong kepada seorang yang lemah untuk membawa barang berat, maka ini adalah kesia-siaan.

4. Meminta tolong kepada orang yang telah mati secara mutlak, atau kepada orang hidup akan tetapi meminta tolong pada perkara yang ghoib, maka ini adalah syirik dan tidak terjadi kecuali bersumber dari seorang yang meyakini akan kekuatan tersembunyi pada orang-orang mati tsb.

5. Meminta tolong dengan amalan dan keadaan yang disukai oleh Allah, Hal ini disyariatkan dengan perintah Allah dalam firman-Nya;

واستعينوا بالصبر والصلاة

"dan meminta tolonglah kalian dengan kesabaran dan sholat..". (QS. Al baqoroh: 153)


KUT 33

¤ والاستعاذة (meminta perlindungan)

Isti’adzah artinya memohon perlindungan dan penjagaan dari hal yang dihindari. Isti’adzah ada beberapa macam :

1. Isti’adzah (mohon perlindungan) kepada Allah yang mengandung sikap membutuhkan benar-benar, hanya kepadanya tempat bergantung, hanya Dia yang mencukupi segala sesuatu serta hanya Dia tempat berlindung yang sempurna dari segala sesuatu yang sedang atau akan terjadi, kecil atau besar. Baik datang dari manusia atau yang lainnya. Berdasarkan firman Allah :

قُلْ أَعُوذُ بِرَبّ الْفَلَقِ * مِن شَرّ مَا خَلَقَ

‪‬‪‬”Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya” [QS. Al-Falaq : 1-2].

Dan juga firman-Nya :

قُلْ أَعُوذُ بِرَبّ النّاسِ * مَلِكِ النّاسِ * إِلَـَهِ النّاسِ * مِن شَرّ الْوَسْوَاسِ الْخَنّاسِ * الّذِى يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النّاسِ * مِنَ الْجِنّةِ وَالنّاسِ

‪‬‪‬”Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia” [QS. A-Naas : 1-6].

2. Mohon perlindungan kepada Allah dengan sifat-Nya, seperti kalam-Nya, kemuliaan-Nya, keagungan-Nya, atau semisalnya; berdasarkan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَق

‪‬‪‬“Aku berlindung kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2708].

Dan juga sabda beliau :

أَعُوذُ بِعِظْمَتِكَ أَنْ أَغتَال مِنْ تَحْتِي

‪‬‪‬“Aku berlindung dengan keagungan-Mu dari terbinasakan dari arah bawahku” [Diriwayatkan oleh Ahmad 2/25 dan An-Nasa’i 8/677).


KUT 34

Dan dalam doa ketika sakit :

أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِد و أحَاذِر

‪‬‪‬“Aku berlindung dengan keagungan dan kekuasaan Allah dari keburukan yang aku temui dan aku berhati-hati” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/217, Abu Dawud no. 3891, dan Ibnu Majah no. 2522].

Dan sabda beliau yang lain :

أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ

‪‬‪‬“Aku berlindung dengan ridla-Mu dari kemurkaan-Mu” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 486].

Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika turun ayat :

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىَ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ‪‬‪‬

“Katakanlah : Dialah yang bekuasa untuk menimpakan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu ke dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain” (QS. Al-An’am : 65);

maka beliau bersabda :

أَعُوذُ بِوَجْهِكَ

‪‬‪‬“Aku berlindung dengan Wajah-Mu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Kitaabul-I’tisham, bab firman Allah : Atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan yang saling bertentangan – no. : 6883].

3. Mohon perlindungan kepada orang mati atau hidup yang tidak hadir di hadapannya dan tidak mampu memberikan perlindungan. Ini termasuk syirik, berdasarkan firman Allah :

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً

‪‬‪‬“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin-jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” [QS. Al-Jin : 6].


KUT 35

4. Memohon perlindungan kepada sesuatu yang mungkin dapat dijadikan tempat berlindung, baik manusia, tempat, atau yang lainnya. Hal ini diperbolehkan berdasarkan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut fitnah :

من تشرف لها تستشرفه فمن وجد فيها ملجأ أو معاذا فليعذ به

‪‬‪‬“Barangsiapa yang mencari-carinya (fitnah itu) ia akan terjerat olehnya dan barangsiapa yang mendapat tempat berlindung atau berteduh maka hendaklah ia berlindung dengannya” [Muttafaqun ‘alaihi].

Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bentuk perlindungan ini dengan sabdanya :

فمن كان له إبل فليلحق بإبله

“Siapa yang yang memiliki onta, maka hendaklah menggunakan ontanya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2887].

Dalam Shahih Muslim disebutkan dari Jabir, bahwa seorang wanita dari Bani Makhzum melakukan pencurian lalu dihadapkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan kemudian ia minta perlindungan kepada Ummu Salamah [Diriwayatkan oleh Muslim, Kitaabul-Hudud, bab “Pemotongan Tangan Pencuri Terhormat”].

Dalam Shahih Muslim juga dari Ummu Salamah, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

يَعُوذُ عَائِذ بِاْلبَيْتِ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْث

‪‬‪‬“Ada orang yang berlindung dengan Ka’bah, lalu dikirimlah suatu utusan kepadanya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2882].

Jika seseorang minta perlindungan dari kejahatan orang dhalim maka kita wajib melindunginya sebatas kemampuan yang kita miliki. Akan tetapi jika dia minta perlindungan untuk tujuan melakukan kemunkaran atau melarikan diri dari menunaikan kewajibannya, maka haram bagi kita melindunginya.


KUT 36

¤ والاستغاثة (meminta pertolongan)

Syekh Al utsaimin; Istighotsah ialah memohon keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan, ia dibagi menjadi beberapa bagian;

1. Istighotsah kepada Allah, ini merupakan amalan yang paling afdhol dan sempurna, jalan para Rosul dan pengikutnya. Dalilnya ädalah firman Allah;

 إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ

"(ingatlah) Ketika Kalian meminta pertolongan dari Robbmu dan lalu diperkenankannya bagimu, sungguh Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". [QS. Al anfal :9]

Ayat diatas bercerita tentang perang Badar, yaitu ketika Nabi melihat jumlah orang-orang musyrik quraisy tiga Kali lipat dibanding jumlah kaum muslimin (1000 vs 319). Maka Nabi menghadap Ke kiblat dengan menengadahkan kedua tangannya sembari berdoa; "Ya Allah, lekaskanlah apa yang Engkau janjikan, Ya Allah jika Engkau hancurkan sekelompok dari umat íslam, niscaya Engkau tidak akan di ibadahi di Muka bumi". Beliau terus memohon kepada Allah dengan menengadahkan kedua tangan  sampai kain sorban nya jatuh dari kedua pundaknya, lalu datang Abu Bakar memakaikan kain sorbannya dan berkata; Wahai Nabi Allah cukupkanlah munajatmu karena sungguh Allah akan menunaikan janjiNya. Lalu turunlah ayat ini. [HR. Muslim 4687]

2. Beristighotsah dengan orang telah mati, atau dengan orang yang masih hidup namun ia tidak hadir lagi tidak mampu memberikan pertolongan, ini adalah kesyirikan. Tidak ada yang berbuat demikian kecuali ia meyakini akan kelebihan dan kemampuan utk bertindak. Allah berfirman ;

أمن يجيب المضطر إذا دعاه ويكشف السوء ويجعلكم خلفاء في الأرض أءله مع الله قليلا ما تذكرون

"bukankah Allah yang mengabulkan doa orang-orang yang kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan Kalian khalifah dimuka bumi, adakah Ilaah yang lain bersama Allah, sedikit sekali -nikmat Allah- yang kamu ingat". [QS. An Naml : 62]

3. Beristighotsah kepada orang hidup dan mampu, ini dibolehkan. Seperti kisah Nabi Musa ;

فاستغاثه الذي من شيعته على الذي من عدوه فوكزه موسى فقضى عليه

".. Orang yang dari golongan nya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang dari pihak musuhnya (kaum fir'an), lalu Musa meninju nya dan matilah musuh itu...". [QS. Al Qosos : 15]

4. Beristighotsah dengan orang hidup tetapi tidak mampu memberikan bantuan, seperti misalnya orang yang tenggelam meminta tolong kepada orang yang tidak bisa berenang, sia-sia!.


KUT 37

¤ والذبح (menyembelih)

Dalilnya adalah firman Allah;

قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له

"Katakanlah -Hai Muhammad- sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Robb semesta álam. Tidak ada sekutu bagiNya..". [QS. Al An'am : 162]

ومن السنة : لعن الله من ذبح لغير الله

Sedang dalil dari Assunnah ialah; "Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah". [HR. Muslim 5240]

Syekh Utsaimin menerangkan tentang jenis-jenis sembelihan;

1. Sembelihan yang benar-benar ikhlas diniatkan dan diperuntukkan hanya kepada Allah, dimana orang yang menyembelih tidak menginginkan dengan sembelihannya kecuali mengagungkan Allah, merendahkan diri dihadapanNya dan ingin selalu dekat denganNya. Tentunya dengan Cara menyembelih yang disyariatkan dan jika diperuntukkan kepada selain Allah maka itu perbuatan syirik besar.

2. Menyembelih untuk suatu keperluan mulia, misalnya menjamu tamu, atau untuk perjamuan walimah. Hal ini diperintahkan dan hukumnya bisa jadi sunnah bahkan wajib, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam ;

من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليكرم ضيفه

"barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya". [HR. Bukhori 6018, Muslim 182]

Dan juga hadits;

أولم ولو بشاة

"Walimahkan-lah walau hanya dengan seekor kambing". [HR. Bukhori Muslim]

3. Menyembelih hewan untuk bersenang-senang dengan dimakan sebagai lauk atau untuk dijual, maka ini dibolehkan (mubah), Allah berfirman;

"dan Kami tundukkan - hewan-hewan - bagi manusia, darinya ada yang jadikan hewan tunggangan dan ada pula yang dimakan". (QS. Yasin : 72)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar